Jumat, 02 Maret 2012

7 Negara yang Pernah merasakan Agresi Militer Indonesia


 

Siapa bilang Indonesia adalah negara budak yang hanya bisa dijajah dan
 tak bisa menggempur negara lain . Ternyata Indonesia pernah melakukan
 invasi ke sejumlah negara. Ini beneran invasi perang dengan tentara
 lho , bukan penyerbuan TKI ke negeri asing . Ya udah langsung aja deh, ini 
nih 7 Negara Yang Pernah Diinvasi Indonesia.



1. Timor Leste
Operasi Seroja adalah sandi untuk invasi Indonesia ke Timor Timur yang dimulai
 pada tanggal 7 Desember 1975. Pihak Indonesia menyerbu Timor Timur karen
a adanya desakan Amerika Serikat dan Australia yang menginginkan agar Fretilin
 yang berpaham komunisme tidak berkuasa di Timor Timur. Selain itu, serbuan
 Indonesia ke Timor Timur juga karena adanya kehendak dari sebagian rakyat Timor
 Timur yang ingin bersatu dengan Indonesia atas alasan etnik dan sejarah.


Angkatan Darat Indonesia mulai menyebrangi perbatasan dekat Atambua tanggal 
17 Desember 1975 yang menandai awal Operasi Seroja. Sebelumnya, pesawat-
pesawat Angkatan Udara RI sudah kerap menyatroni wilayah Timor Timur da
n artileri Indonesia sudah sering menyapu wilayah Timor Timur. Kontak langsung
 pasukan Infantri dengan Fretilin pertama kali terjadi di Suai, 27 Desembe
r 1975. Pertempuran terdahsyat terjadi di Baucau pada 18-29 September 1976. 
Walaupun TNI telah berhasil memasuki Dili pada awal Februari 1976, namun
 banyak pertempuran-pertempuran kecil maupun besar yang terjadi di seluruh
 pelosok Timor Timur antara Fretilin melawan pasukan TNI. Dalam pertempuran
 terakhir di Lospalos 1978, Fretilin mengalami kekalahan telak dan 3.000
 pasukannya menyerah setelah dikepung oleh TNI berhari-hari. Operasi Seroja 
berakhir sepenuhnya pada tahun 1978 dengan hasil kekalahan Fretilin
 dan pengintegrasian Timor Timur ke dalam wilayah NKRI.

Selama operasi ini berlangsung, arus pengungsian warga Timor Timur ke
 wilayah Indonesia mencapai angka 100.000 orang. Korban berjatuhan dari piha
 militer dan sipil. Warga sipil banyak digunakan sebagai tameng hidup oleh
Fretilin sehingga korban yang berjatuhan dari sipil pun cukup banyak. Pihak
Indonesia juga dituding sering melakukan pembantaian pada anggota Fretilin
 yang tertangkap selama Operasi Seroja berlangsung.

2. Papua Barat

Operasi Trikora, juga disebut Pembebasan Irian Barat, adalah konflik 2 tahun
 yang dilancarkan Indonesia untuk menggabungkan wilayah Papua bagian barat.
 Pada tanggal 19 Desember 1961, Soekarno (Presiden Indonesia)
mengumumkan pelaksanaan Trikora di Alun-alun Utara Yogyakarta. Soekarno
 juga membentuk Komando Mandala. Mayor Jenderal Soeharto diangkat
sebagai panglima. Tugas komando ini adalah merencanakan, mempersiapkan,
 dan menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan Papua bagian
 barat dengan Indonesia.


Pertempuran Laut Aru pecah pada tanggal 15 Januari 1962, ketika 3 kapal mili
k Indonesia yaitu KRI Macan Kumbang, KRI Macan Tutul yang membawa Komodor 
Yos Sudarso, dan KRI Harimau yang dinaiki Kolonel Sudomo, Kolonel Mursyid, da
n Kapten Tondomulyo, berpatroli pada posisi 4°49' LS dan 135°02' BT. Menjelang
 pukul 21:00 WIT, Kolonel Mursyid melihat tanda di radar bahwa di depan lintasa
n 3 kapal itu, terdapat 2 kapal di sebelah kanan dan sebelah kiri. Tanda itu tida
k bergerak, dimana berarti kapal itu sedang berhenti. Ketika 3 KRI melanjutkan
 laju mereka, tiba-tiba suara pesawat jenis Neptune yang sedang mendekat
 terdengar dan menghujani KRI itu dengan bom dan peluru yang tergantung pada
 parasut. Kapal Belanda menembakan tembakan peringatan yang jatuh di dekat
 KRI Harimau.

Kolonel Sudomo memerintahkan untuk memberikan tembakan balasan, namun
 tidak mengenai sasaran. Akhirnya, Yos Sudarso memerintahkan untuk mundur
, namun kendali KRI Macan Tutul macet, sehingga kapal itu terus membelok ke
 kanan. Kapal Belanda mengira itu merupakan manuver berputar untuk
menyerang, sehingga kapal itu langsung menembaki KRI Macan Tutul. Komodo
r Yos Sudarso gugur pada pertempuran ini setelah menyerukan pesan terakhirny
a yang terkenal, "Kobarkan semangat pertempuran".

Pasukan Indonesia di bawah pimpinan Mayjen Soeharto melakukan operasi infiltrasi
 udara dengan menerjunkan penerbang menembus radar Belanda. Mereka diterjunkan
 di daerah pedalaman Papua bagian barat. Penerjunan tersebut menggunakan
pesawat angkut Indonesia, namun operasi ini hanya mengandalkan faktor
 pendadakan, sehingga operasi ini dilakukan pada malam hari. TNI Angkatan
 Laut kemudian mempersiapkan Operasi Jayawijaya yang merupakan operasi
amfibi terbesar dalam sejarah operasi militer Indonesia. Lebih dari 100 kapal perang
dan 16.000 prajurit disiapkan dalam operasi tersebut.
Karena kekhawatiran bahwa pihak komunis akan mengambil keuntungan dalam konfi
k ini, Amerika Serikat mendesak Belanda untuk berunding dengan Indonesia.
 Karena usaha ini, tercapailah persetujuan New York pada tanggal 15 Agustus
1962. Pemerintah Australia yang awalnya mendukung kemerdekaan Papua,
 juga mengubah pendiriannya, dan mendukung penggabungan dengan Indonesia
 atas desakan AS.


3. Malaysia




Pada 20 Januari 1963, Menteri Luar Negeri Indonesia Soebandrio mengumumka
n bahwa Indonesia mengambil sikap bermusuhan terhadap Malaysia. Pada 12 
April, sukarelawan Indonesia (sepertinya pasukan militer tidak resmi) mula
 memasuki Sarawak dan Sabah untuk menyebar propaganda dan
 melaksanakan penyerangan dan sabotase. Tanggal 3 Mei 1963 di sebuah rapa
t raksasa yang digelar di Jakarta, Presiden Sukarno mengumumkan perintah Dwi 
Komando Rakyat (Dwikora) yang isinya: Pertinggi ketahanan revolusi Indonesia,
 Bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sarawak dan Sabah,
 untuk menghancurkan Malaysia

Di bulan Agustus, enam belas agen bersenjata Indonesia ditangkap di Johor.
Aktivitas Angkatan Bersenjata Indonesia di perbatasan juga meningkat. Tentera
Laut DiRaja Malaysia mengerahkan pasukannya untuk mempertahankan
 Malaysia. Tentera Malaysia hanya sedikit saja yang diturunkan dan harus
bergantung pada pos perbatasan dan pengawasan unit komando. Misi utama
 mereka adalah untuk mencegah masuknya pasukan Indonesia ke Malaysia.
 Sebagian besar pihak yang terlibat konflik senjata dengan Indonesia adalah Inggris
 dan Australia, terutama pasukan khusus mereka yaitu Special Air Service(SAS)
. Tercatat sekitar 2000 pasukan Indonesia tewas dan 200 pasukan Inggris/Australia
 (SAS) juga tewas setelah bertempur di belantara kalimantan (Majalah Angkasa
 Edisi 2006).

Pada 17 Agustus pasukan terjun payung mendarat di pantai barat daya Johor
 dan mencoba membentuk pasukan gerilya. Pada 2 September 1964 pasuka
 terjun payung didaratkan di Labis, Johor. Pada 29 Oktober, 52 tentara mendarat
 di Pontian di perbatasan Johor-Malaka dan membunuh pasukan Resimen Askar
 Melayu DiRaja dan Selandia Baru dan menumpas juga Pasukan Gerak Umu
m Kepolisian Kerajaan Malaysia di Batu 20, Muar, Johor.

Ketika PBB menerima Malaysia sebagai anggota tidak tetap. Sukarno menari
k Indonesia dari PBB pada tanggal 20 Januari 1965. Pada pertengahan 1965,
Indonesia mulai menggunakan pasukan resminya. Pada 28 Juni, mereka
 menyeberangi perbatasan masuk ke timur Pulau Sebatik dekat Tawau, Sabah
 dan berhadapan dengan Resimen Askar Melayu Di Raja dan Kepolisian North
 Borneo Armed Constabulary.

Pada 1 Juli 1965, militer Indonesia yang berkekuatan kurang lebih 5000 oran
 melabrak pangkalan Angkatan Laut Malaysia di Semporna. Serangan dan
 pengepungan terus dilakukan hingga 8 September namun gagal. Peristiwa ini
 dikenal dengan "Pengepungan 68 Hari" oleh warga Malaysia. Menjelang akhir
 1965, Jendral Soeharto memegang kekuasaan di Indonesia setelah
 berlangsungnya G30S. Oleh karena konflik domestik ini, keinginan Indonesia
 untuk meneruskan perang dengan Malaysia menjadi berkurang dan peperangan
 pun mereda.

Pada 28 Mei 1966 di sebuah konferensi di Bangkok, Kerajaan Malaysia dan
 pemerintah Indonesia mengumumkan penyelesaian konflik. Kekerasan berakhi
r bulan Juni, dan perjanjian perdamaian ditandatangani pada 11 Agustus dan
 diresmikan dua hari kemudian.

4. Malaka




Sejak tahun 1509, Pati Unus, raja Demak, sudah merancang rencana untu
k menguasai Malaka. Saat itu Malaka berada di bawah kekuasaan Kesultanan
 Malaka. Dengan kata lain, perlu dicatat bahwa serangan Demak ke Malaka jela
s bukanlah sebuah serangan anti-kekuasaan asing, tetapi sebuah invasi imperialis
. Tahun 1511, Alfonso D'Alburquerque, Laksamana armada Portugis, mendahului Pati 
Unus dengan menaklukkan Malaka. Sultan Malaka Mahmud Syah melarikan diri ke 
Bintan.

Pati Unus sangat mengerti bahwa kekuatan utama Portugis adalah pada armad
a lautnya. Portugis memiliki kapal yang kuat, bahkan lebih kuat dibandingkan
 dengan kapal Majapahit. Selain itu, Portugis sudah menggunakan meriam yan
 dipasang di masing - masing kapal di mana pada waktu itu meriam adalah
 senjata pamungkas yang tidak bisa ditandingi oleh senjata apapun.

Oleh karena itu, langkah pertama Pati Unus adalah menghidupkan kembali
 kekuatan armada Majapahit yang tertidur lama pada saat masa - masa
 perebutan kekuasaan. Kapal - kapal baru tersebut juga dilengkapi dengan Cetbang,
 yaitu meriam api, di mana kapal dan cetbang juga merupakan kekuatan andala
 Armada Majapahit. Pusat produksi kapal-kapal ini adalah Semarang, gerbang
 masuk Demak, dengan bantuan orang-orang Tionghoa lokal.

Selanjutnya Pati Unus menghimpun kekuatan - kekuatan nusantara untuk
 membentuk armada gabungan dengan satu tujuan, mengusir Portugis dari Malaka
. Ia juga meminta bantuan orang-orang Jawa yang ada di Malaya untuk jadi agen
dalam di Malaka. Tetapi ternyata, ketika Pati Unus terlanjur berangkat ke Malaka
,orang-orang Jawa ini terlanjur dipergoki Portugis dan melarikan diri ke Cirebon. Pati
 Unus pun bertempur tanpa bantuan mata-mata dan agen dalam - kapal-kapalnya
 dengan mudah diremuk meriam-meriam yang ditodongkan ke laut di Benten
g Portugis di Malaka.

5. Singapura




Usman lahir di Purbalingga, Banyumas, Jawa Tengah (1943). Harun lahir di P
 Bawean, Surabaya (1947). Kedua-duanya nama samaran untuk tugas
 sebagai sukarelawan menyusup ke Singapura, melakukan tugas sabotase dalam
 rangka Dwikora (Dwi Komando Rakyat). Pada waktu itu RI terlibat konfrontasi
 dengan Malaysia dan Singapura. Usman dan Harun tergabung dalam tim sabotir.
 Pada 8 Maret 1965 malam, berbekal 12,5 kg bahan peledak mereka bertolak 
dengan perahu karet dari P Sambu. Mereka dapat menentukan sendiri sasaran
 yang dikehendaki.
Maka setelah melakukan serangkaian pengintaian, pada suatu tengah malam
 terjadi ledakan di sebuah bangunan Mc Donald di Orchard Road. Tiga orang tewa
s dan sejumlah lainnya luka.

Dalam upaya kembali ke pangkalan, Usman bersama Harun pisah dengan Gani.
Baru pada 13 Maret pagi, setelah berhasil merampas sebuah motorboat, Usman
 dan Harun dalam perjalanan pulang. Tapi boat macet di perjalanan. Mereka
 takdapat menghindar dari sergapan patroli.

Pada 4 Oktober , Usman dan Harun diadili. Dijatuhi hukuman mati pada 20 Oktober
1965. Banding diajukan pada 6 Juni 1966, ditolak 5 Oktober 1966. Diajukan lagi pada
 17 Februari 1967 ke Privy Council di London, tapi tetap ditolak (21 Mei 1968).
Kemudian permohonan grasi diajukan kepada Presiden Singapura Jusuf bin Ishak
 (1 Juni 1968).

Sementara itu pada 4 Mei 1968, Menlu Adam Malik melalui Menlu Singapura
 membantu upaya KBRI memperoleh pengampunan atau setidak-tidaknya
 memperingan hukuman kedua sukarelawan.

Pada 10 Oktober 1968, Menlu Singapura menyatakan bahwa permohonan grasi
 ditolak. Pada 10 Oktober 1968, Atase AL Letkol Gani Djemat SH yang dipanggil k
e Jakarta dan kembali ke Singapura membawa surat Presiden Soeharto untuk
 Presiden dan PM Singapura. Tapi gagal menyerahkan surat-surat itu langsung
 kepada yang bersangkutan.
Presiden Singapura sedang sakit. PM Lee Kwan Yew tak dapat dihubungi karena
 sibuk mempersiapkan keberangkatan ke Tokyo.

Sumber: http://id.shvoong.com/law-and-politi...#ixzz1Tq5OdZsC

6. Indochina (Kamboja dan Vietnam)








7. Siam (Thailand)


Dari catatan sejarah dan bukti arkeologi, pada abad ke-9 Sriwijaya telah melakukan
 invasi dan kolonisasi di hampir seluruh kerajaan-kerajaan Asia Tenggara, antara 
lain: Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Filipina.

Dominasi atas Selat Malaka dan Selat Sunda, menjadikan Sriwijaya sebagai
 pengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan lokal yang mengenakan
 biaya atas setiap kapal yang lewat. Sriwijaya mengakumulasi kekayaannya
sebagai pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar Tiongkok, dan India.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar