Jumat, 07 September 2012

PASUKAN MAYJEN RYAMIZARD SIAGA PENUH


JAKARTA, (TNI Watch! 15/2/2000). Pasukan pimpinan Pangdam Jaya
Mayjen TNI Ryamizard Ryachudu (yang terdiri dari Brigif 1/Jayasakti, Korps
Marinir dan Kopassus), siaga penuh sejak Minggu, (13/2) lalu, ketika
Presiden Gus Dur tiba di Jakarta dari lawatannya ke luar negeri. Hari itu,
Gus Dur memang berencana memecat Jendral TNI Wiranto dari jabatannnya
sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan (Menko Polkam).

Sejak Keppres Penonaktifkan Jendral Wiranto ditandatangani Presiden
Minggu, pukul 21.00 WIB, Pangdam Jaya menyatakan situasi Jakarta dan
sekitarnya, di bawah komando Kodam Jaya berada di bawah status Siaga I. Ini
artinya, pasukan di bawah kendali Ryamizard berada pada posisi siap
bergerak. Sejumlah pasukan sejak Minggu itu, juga disiagakan di sekitar
Istana Negara dan beberapa daerah strategis untuk memastikan pengamanan.

Proses keluarnya Keppress No 29/M/tahun 2000, tanggal 14 Februari
2000, yakni tentang pemecatan Jendral Wiranto dari jabatan Menko Polkam
dilakukan Gus Dur, dibantu KSAD Jendral TNI Tyasno Sudarto, dengan penuh
perhitungan. Jendral Tyasno, sebelumnya sudah mencari dukungan dari para
jendral bintang tiga dan empat yang menduduki jabatan strategis. Hampir
semua jendral menyetujui tindakan tersebut. Sumber TNI Watch! di kalangan
perwira TNI mengungkapkan, Minggu, sejak pukul 17.00 WIB hingga pukul 21.00
WIB sebelum Keppres itu ditanda tangani, Gus Dur sudah meminta KSAD mencari
tahu respons dari kalangan perwira tinggi. Sumber tadi mengatakan, bahwa hal
itu yang membuat Gus Dur merasa yakin dan menandatangani SK tersebut sekitar
pukul 21.00 WIB. Ini memang berbeda berita yang hingga Minggu sore masih
terdengar bahwa Jendral Wiranto tidak jadi mundur seperti dilansir
Republika, Senin (14/2).

Memang, hingga Minggu sore sekitar pukul 19.00 WIB, Wiranto masih
ngotot menolak mengundurkan diri. Bahkan Wiranto melakukan tawar-menawar
dengan Gus Dur dan Wakil Presiden Megawati. Isi tawar-menawar itu: Wiranto
mau mengundurkan diri asalkan dirinya secara resmi dinyatakan tidak terlibat
dalam kasus pembantaian di Timtim pasca jajak pendapat. Gus Dur dan Megawati
tak menjawab ya atau tidak. Namun, pada saat yang sama, Jendral Tyasno sudah
mengumpulkan dukungan dari para jendral yang duduk di jabatan strategis.

Pengamanan pun diperketat. Dari pengamatan TNI Watch! di lapangan,
Wisma Nusantara dijaga ratusan prajurit bersenjata lengkap yang didukung
beberapa panser. Di Harmoni dan Kota juga tampak ratusan prajurit yang
bersiap-siaga. Begitupun di sekitar Lapangan Banteng dan Masjid Istiqlal
disiagakan sekitar 20 truk pasukan dan delapan panser. Sementara di
pinggiran kota, sekitar Lapangan Udara Halim Perdanakusuma, juga terdapat
banyak pasukan dalam kondisi siap tempur. Bahkan sebelum memasuki pintu tol
arah Bogor ke Kampung Rambutan, Jakarta Timur dan daerah Pasar Rebo, Jakarta
Timur tampak banyak sekali pasukan.

Sejak Minggu pagi, di Lanud Halim Perdanakusuma, juga tampak
kesibukan. Setiap beberapa menit, pesawat angkut militer hilir mudik.
Suaranya mengganggu penduduk di sekitar Pangkalan TNI Angkatan Udara itu.
Jendral TNI Tyasno sendiri turut memeriksa keadaan Istana Negara, hingga
pukul 23.00 WIB.

Letjen TNI (Purn) Soeryadi Sudirja, misalnya, sempat panik saat
diberi tahu bahwa Senin (14/2) pagi, ia akan dilantik sebagai Menko Polkam
ad-interim menggantikan Wiranto. Soeryadi diberitahu Sekretariat Negara
pukul 22.00 WIB. Lalu, Wiranto diberitahu Senin (14/2) pukul 06.00 WIB.
Sebuah sumber di TNI, mengungkapkan, Ryamizard dan Tyasno cukup khawatir
akan munculnya kemarahan pendukung Wiranto dari Divisi Infanteri I/Kostrad
yang bermarkas di Cilodong, Bogor, mengingat divisi itu saat ini berada di
bawah kontrol Pangkostrad Letjen TNI Djaja Suparman, seorang pendukung setia
Wiranto. Namun, sebelum ini, Djadja sudah menyatakan Kostrad tidak akan
mendukung upaya kudeta. ***