Mengapa Bisnis Kuliner?
Bagi anda yang ingin memulai sebuah bisnis skala kecil menengah, saya sarankan untuk mencoba usaha di bidang kuliner. Bisnis kuliner tidak pernah ada matinya. Semakin hari bisnis ini semakin banyak digeluti dan bisa berjalan lancar meskipun banyak pesaingnya.
Saat ini banyak orang yang terbiasa makan di luar rumah, apalagi mereka yang tinggal sendiri atau belum berkeluarga dan seharian berada di tempat kerja. Orang seperti ini biasanya akan selalu “makan di luar”. Usaha makanan akan tetap berjalan lancar karena produk yang dijual merupakan kebutuhan “perut” yang harus dipenuhi setiap saat oleh manusia. Usaha kuliner ini bisa dijalankan dengan beberapa kelas yaitu dari pedagang kaki lima, warung tenda, kafe, rumah makan, hingga restoran.
Modal yang digunakan juga bervariasi. Namun kelebihan dari usaha kuliner ini dapat dijalankan dengan modal yang kecil dan tingkat pengembalian modalnya relatif singkat, biasanya berkisar satu tahunan. Bahkan ada yang dalam hitungan minggu sudah kembali modal.
FAKTOR-FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN
1. Lokasi. Ini adalah faktor paling berpengaruh. Tempat dengan komunitas tertentu, seperti sekolah, perkantoran, kampus, dan perumahan merupakan lokasi yang bisa dijadikan pilihan tempat usaha.
2. Rasa dan Cara Penyajian. Sebelum menjualnya, tidak ada salahnya kita melakukan test dengan mengujikan rasa makanan yang kita buat pada beberapa orang terdekat. Stetelah itu kita minta pendapat mereka baik rasa maupun penampilannya. Dengan begitu kita bisa mengetahui kelebihan dan kekurangan kita.
3. Keunikan. Adalah sesuatu yang khas, baik dari segi ukuran produk, pelayanan, nama makanan, penyajian, promosi, kostum, hingga tempat.
4. Harga. Dengan memberikan harga yang berbeda yang disesuaikan dengan tempat usaha dan pasar yang dituju.
Saat ini banyak orang yang terbiasa makan di luar rumah, apalagi mereka yang tinggal sendiri atau belum berkeluarga dan seharian berada di tempat kerja. Orang seperti ini biasanya akan selalu “makan di luar”. Usaha makanan akan tetap berjalan lancar karena produk yang dijual merupakan kebutuhan “perut” yang harus dipenuhi setiap saat oleh manusia. Usaha kuliner ini bisa dijalankan dengan beberapa kelas yaitu dari pedagang kaki lima, warung tenda, kafe, rumah makan, hingga restoran.
Modal yang digunakan juga bervariasi. Namun kelebihan dari usaha kuliner ini dapat dijalankan dengan modal yang kecil dan tingkat pengembalian modalnya relatif singkat, biasanya berkisar satu tahunan. Bahkan ada yang dalam hitungan minggu sudah kembali modal.
FAKTOR-FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN
1. Lokasi. Ini adalah faktor paling berpengaruh. Tempat dengan komunitas tertentu, seperti sekolah, perkantoran, kampus, dan perumahan merupakan lokasi yang bisa dijadikan pilihan tempat usaha.
2. Rasa dan Cara Penyajian. Sebelum menjualnya, tidak ada salahnya kita melakukan test dengan mengujikan rasa makanan yang kita buat pada beberapa orang terdekat. Stetelah itu kita minta pendapat mereka baik rasa maupun penampilannya. Dengan begitu kita bisa mengetahui kelebihan dan kekurangan kita.
3. Keunikan. Adalah sesuatu yang khas, baik dari segi ukuran produk, pelayanan, nama makanan, penyajian, promosi, kostum, hingga tempat.
4. Harga. Dengan memberikan harga yang berbeda yang disesuaikan dengan tempat usaha dan pasar yang dituju.
5. Promosi. Promosi yang paling murah dan efektif adalah dari “mulut ke mulut”. Hal ini akan terjadi bila usaha makanan yang kita jalankan memiliki keunikan dan memberikan kepuasan pada konsumen.
Usaha Lalapan dan Analisanya
Usaha lalapanmerupakan usaha kuliner yang cukup ramai di Indonesia. Warung lalapan banyak tersebar di daerah-daerah kampus dan kota. Ciri khas usaha lalapan adalah lauk yang dipadu dengan sayur dan dinikmati dengan sambal.
Saat ini banyak orang tidak asing lagi dengan usaha lalapan. Biasanya usaha lalapan dijual di pinggir jalan dengan model lesehan. Ada punlauk yang disajikan untuk lalapan bervariasi. Misalnya lalapan pecek lele, lalapan telur, lalapan ayam bakar, lalapan pecek tempe,dan lain-lain.
Jika anda ingin memulai usaha lalapan, mungkin yang perlu anda siapkan terlebih dahulu adalah gerobak, alat memasak, dan bahan baku. Modal awal dapat berkisar 2 juta-an. Dengan modal tersebut anda sudah dapat membuka warung lalapan sederhana di pinggir jalan.
Harga satu porsi lalapan tergantung dari lauk yang dijual. Biasanya untuk lalapan ayam bakar dan lele dijual dengan harga Rp 5000. Sedangkan untuk lalapan telur dan pecek tempe dijual dengan harga Rp 3500. Harga ini adalah yang berlaku di daerah Jember dan sekitarnya. Tentunya untuk daerah lain harus anda sesuaikan dengan harga pasar dan kebutuhan lainnya.
Untuk keuntungan peluang usaha lalapan, bisa dikatakan lumayan besar. Dengan modal 100 porsi sehari anda akan mendapat keuntungan bersih sekitar Rp 50.000. Coba anda bayangkan jika anda mampu menjual 500-1000 porsi sehari! Dari beberapa kisah sukses pengusaha lalapan adalah tetangga saya sendiri. Dalam waktu 3 tahun beliau sudah memiliki 5 gerobak lalapan dan mampu membangun sebuah rumah yang cukup besar di tengah kota. Jika anda tertarik untuk memulai usaha lalapan, sebaiknya tentuan perencanaan dan kumpulkan informasi sebanyak-banyakny
Saat ini banyak orang tidak asing lagi dengan usaha lalapan. Biasanya usaha lalapan dijual di pinggir jalan dengan model lesehan. Ada punlauk yang disajikan untuk lalapan bervariasi. Misalnya lalapan pecek lele, lalapan telur, lalapan ayam bakar, lalapan pecek tempe,dan lain-lain.
Jika anda ingin memulai usaha lalapan, mungkin yang perlu anda siapkan terlebih dahulu adalah gerobak, alat memasak, dan bahan baku. Modal awal dapat berkisar 2 juta-an. Dengan modal tersebut anda sudah dapat membuka warung lalapan sederhana di pinggir jalan.
Harga satu porsi lalapan tergantung dari lauk yang dijual. Biasanya untuk lalapan ayam bakar dan lele dijual dengan harga Rp 5000. Sedangkan untuk lalapan telur dan pecek tempe dijual dengan harga Rp 3500. Harga ini adalah yang berlaku di daerah Jember dan sekitarnya. Tentunya untuk daerah lain harus anda sesuaikan dengan harga pasar dan kebutuhan lainnya.
Untuk keuntungan peluang usaha lalapan, bisa dikatakan lumayan besar. Dengan modal 100 porsi sehari anda akan mendapat keuntungan bersih sekitar Rp 50.000. Coba anda bayangkan jika anda mampu menjual 500-1000 porsi sehari! Dari beberapa kisah sukses pengusaha lalapan adalah tetangga saya sendiri. Dalam waktu 3 tahun beliau sudah memiliki 5 gerobak lalapan dan mampu membangun sebuah rumah yang cukup besar di tengah kota. Jika anda tertarik untuk memulai usaha lalapan, sebaiknya tentuan perencanaan dan kumpulkan informasi sebanyak-banyakny
Peluang Usaha dan Analisis Usaha Siomay
Perlengkapan usaha siomay antara lain gerobak atau etalase, peralatan masak (kompor dan tabung gas, panci, dandang, wajan, dan sutil), dan peralatan makan (piring, gelas, garpu, dan sendok). Diperlukan juga meja dan kursi secukupnya serta beberapa perlengkapan pendukung seperti tempat sendok, garpu, serta wadah saos dan kecap.
Lokasi yang strategis untuk menjalankan usaha ini antara lain di pinggir jalan raya, daerah perkantoran, atau di sekitar sekolah dan perumahan. Pastikan lokasi mudah dijangkau dan terjaga kebersihannya.
Lokasi yang strategis untuk menjalankan usaha ini antara lain di pinggir jalan raya, daerah perkantoran, atau di sekitar sekolah dan perumahan. Pastikan lokasi mudah dijangkau dan terjaga kebersihannya.
Untuk awal, usaha siomay dapat dijalankan sendiri oleh anda. Bila usaha ini berkembang, barulah anda dapat merekrut tambahan tenaga untuk melancarkan operasional usaha.
Promosi usaha ini antara lain memasang spanduk di tempat usaha serta membuat tulisan produk yang dijual di gerobak. Selanjutnya, kelezatan rasa, kualitas, dan pelayanan yang memuaskan akan menciptakan promosi dari mulut ke mulut.
Harga satu porsi siomay relatif murah. Berkisar antara Rp 5.000,- s/d Rp 7.000,- per porsi. Satu porsi siomay seharga Rp 7.000,- biasanya sudah dilengkapi dengan setengah atau satu butir telur ayam rebus.
Resiko usaha siomay antara lain persaingan, kenaikan harga bahan baku, dan rasa yang kurang lezat. Resiko ini dapat diminimalisir dengan berjualan di lokasi strategis yang belum banyak penjual makanan ini.
Kenaikan bahan baku bisa disiasati dengan menjalin hubungan baik dengan supplier sehingga bisa mendapatkan harga spesial. Sedangkan resiko rasa yang kurang lezat dapat diantisipasi dengan cara membuat sample produk dan mencobakannya kepada orang di sekitar atau mereka yang memiliki pengetahuan cukup dan selera yang baikmengenai makanan.
Info Tambahan Tentang Analisis Usaha Siomay dan Batagor
1. Masa pakai etalase 5 tahun.
2. Masa pakai peralatan masak (kompor dan tabung gas, panci, dandang, wajan, dan sutil) 3 tahun.
3. Masa pakai peralatan makan (piring, gelas, sendok, dan garpu) dan perlengkapan lain-lain (tempat tissue, tempat sendok dan garpu, serta wadah kecap dan saos) 2 tahun.
4. Masa pakai meja dan kursi 4 tahun.
Biaya Investasi :
Etalase Rp 3.000.000,-
Peralatan masak Rp 1.000.000,-
Peralatan makan Rp 200.000,-
Meja dan kursi Rp 500.000,-
Perlengkapan lain-lain Rp 100.000,-
Total investasi Rp 4.800.000,-
Biaya Operasional per Bulan
1. Biaya Tetap
Penyusutan etalase (1/60 x Rp 3.000.000,-) Rp 50.000,-
Penyusutan peralatan masak (1/36 x Rp 1.000.000,-) Rp 27.800,-
Penyusutan peralatan makan (1/24 x Rp 200.000,-) Rp 8.300,-
Penyusutan meja dan kursi (1/48 x Rp 500.000,-) Rp 10.400,-
Penyusutan perlengkapan lain-lain (1/24 x Rp 100.000,-) Rp 4.200,-
Biaya sewa lahan Rp 300.000,-
Upah 1 orang karyawan Rp 500.000,-
Total biaya tetap Rp 900.700,-
2. Biaya Variabel
Bahan baku (Rp 250.000,-/hari x 30 hari) Rp 7.500.000,-
Gas (Rp 15.000,-/3 hari x 10 hari) Rp 150.000,-
Keamanan, listrik, dan kebersihan Rp 50.000,-
Total biaya variabel Rp 7.700.000,-
Total biaya operasional Rp 8.600.000,-
Penerimaan per Bulan
Batagor (30 porsi x Rp 6.000,-/porsi x 30 hari) Rp 5.400.000,-
Siomay (30 porsi x Rp 6.000,-/porsi x 30 hari) Rp 5.400.000,-
Total penerimaan Rp 10.800.000,-
Keuntungan per Bulan
Keuntungan = Total penerimaan - total biaya operasional
= Rp 10.800.000,- - Rp 8.600.700,-
= Rp 2.199.300,-
Revenue Cost Ratio
R/C = Total penerimaan : total biaya operasional
= Rp 10.800.000,- : Rp 8.600.700,-
= 1,25
Pay Back Period
Pay back period = (Total biaya investasi : keuntungan) x 1 bulan
= (Rp 4.800.000,- : Rp 2.199.300,-) x 1 bulan
= 2,2 bulan
1. Masa pakai etalase 5 tahun.
2. Masa pakai peralatan masak (kompor dan tabung gas, panci, dandang, wajan, dan sutil) 3 tahun.
3. Masa pakai peralatan makan (piring, gelas, sendok, dan garpu) dan perlengkapan lain-lain (tempat tissue, tempat sendok dan garpu, serta wadah kecap dan saos) 2 tahun.
4. Masa pakai meja dan kursi 4 tahun.
Biaya Investasi :
Etalase Rp 3.000.000,-
Peralatan masak Rp 1.000.000,-
Peralatan makan Rp 200.000,-
Meja dan kursi Rp 500.000,-
Perlengkapan lain-lain Rp 100.000,-
Total investasi Rp 4.800.000,-
Biaya Operasional per Bulan
1. Biaya Tetap
Penyusutan etalase (1/60 x Rp 3.000.000,-) Rp 50.000,-
Penyusutan peralatan masak (1/36 x Rp 1.000.000,-) Rp 27.800,-
Penyusutan peralatan makan (1/24 x Rp 200.000,-) Rp 8.300,-
Penyusutan meja dan kursi (1/48 x Rp 500.000,-) Rp 10.400,-
Penyusutan perlengkapan lain-lain (1/24 x Rp 100.000,-) Rp 4.200,-
Biaya sewa lahan Rp 300.000,-
Upah 1 orang karyawan Rp 500.000,-
Total biaya tetap Rp 900.700,-
2. Biaya Variabel
Bahan baku (Rp 250.000,-/hari x 30 hari) Rp 7.500.000,-
Gas (Rp 15.000,-/3 hari x 10 hari) Rp 150.000,-
Keamanan, listrik, dan kebersihan Rp 50.000,-
Total biaya variabel Rp 7.700.000,-
Total biaya operasional Rp 8.600.000,-
Penerimaan per Bulan
Batagor (30 porsi x Rp 6.000,-/porsi x 30 hari) Rp 5.400.000,-
Siomay (30 porsi x Rp 6.000,-/porsi x 30 hari) Rp 5.400.000,-
Total penerimaan Rp 10.800.000,-
Keuntungan per Bulan
Keuntungan = Total penerimaan - total biaya operasional
= Rp 10.800.000,- - Rp 8.600.700,-
= Rp 2.199.300,-
Revenue Cost Ratio
R/C = Total penerimaan : total biaya operasional
= Rp 10.800.000,- : Rp 8.600.700,-
= 1,25
Pay Back Period
Pay back period = (Total biaya investasi : keuntungan) x 1 bulan
= (Rp 4.800.000,- : Rp 2.199.300,-) x 1 bulan
= 2,2 bulan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar